Kamis, 14 April 2011

ini dia, LEM MY KILMISTER

Di usia 63 tahun, Lemmy Kilmister
dari Mot�rhead masih memainkan
musik yang� paling keras dan
beringas yang pernah ada dan
minum sebotol Jack Daniel’s
tiap hari. Apakah dia manusia?
Pada hampir tiap malam di saat
tidak tur, Lem-my Kilmister dapat
di-te-mukan di Rainbow Bar & Grill
di West Holly-wood. Rainbow, yang
terletak di pusat Sunset Strip, telah
menjadi tempat berkumpulnya para
rock star bergaya hidup liar sejak
dibuka di awal’70-an. Ketika
Lemmy pindah dari negara asalnya
Inggris ke L.A. pada tahun 1990, dia
memilih alamat tempat tinggal
hanya berdasarkan kedekatan
jaraknya dengan Rainbow– semua
temannya bekerja atau
menongkrong di sana– dan dia
masih menempati apartemen
sederhana yang sama, ha-nya
beberapa blok dari sana.
Lemmy adalah vokalis band
Mot�rhead, dan salah satu frontman
musik metal terhebat sepanjang
masa.“Banyak orang berta-nya,
‘Siapa raja heavy metal?’ ” kata Ozzy
Osbourne. “Dan itu pasti Lemmy.
Perwujudan dari seorang rock star
adalah Lemmy.” Pada siang hari di
bulan Agustus ini, Lemmy sedang
minum bourbon-and-Coke di bar
lantai atas Rainbow yang masih
kosong. Ini baru pukul tiga lewat.
Selama beberapa jam ber-ikutnya,
seorang asisten akan membawa
koktail baru apabila gelas Lemmy
mulai kosong; kadangkala, Lemmy
memegang dua minum-an
sekaligus, dan mencampurnya kalau
kadarnya pas. Dalam film
dokumenter BBC berjudul
Mot�rhead: Live Fast Die Old di
tahun 2005, Lemmy menuangkan
segelas Jack Daniel’s untuk diri
sendiri dan memperkirakan dia
mengkonsumsi sebotol sehari.
Ozzy bercerita tentang
kunjungannya ke apartemen
Lemmy beberapa tahun lalu demi
me-minjam buku tentang Perang
Dunia II. Ketika di sana, dia melihat
beberapa botol bourbon di tepi
jendela tapi tidak berpikir apa-apa.
Ketika dia datang lagi seminggu
kemudian untuk mengembalikan
bukunya, jumlah botol itu
bertambah menjadi 5-6. “Saya
berkata, ‘Lemmy, apa yang kamu
lakukan? Mengoleksi botol bourbon?’
” kata Ozzy. “Dia mengaku pernah
dengar kalau ada 138 jenis bourbon
yang berbeda-beda di A.S., dan
memutuskan untuk mencoba
semuanya. Fucking hell. Dan ak-
hirnya dia mencapainya!” Ozzy ber-
henti sejenak, lalu berlanjut de-ngan
nada kagum:“Entah bagaimana dia
bisa bernafas.”
Walau kini berusia 63 tahun, kalau
kita ambil foto Lemmy sekarang dan
memajangnya di salah satu tembok
Rainbow yang padat di samping
banyaknya foto Lemmy dari tahun-
tahun sebelumnya– dengan
memakai topi biker dan merangkul
cewek goth, atau menodongkan
pistol ke arah kamera– seorang
pengunjung akan kesulitan dalam
membedakan era-eranya. Trend
musik dan fashion telah datang,
pergi dan datang lagi. Tapi Lemmy
tetap sama. Di siang ini, se-perti
pada setiap siang selama 30 tahun
(bisa jadi), Lemmy berpakaian
seperti anggota Hells Angels yang
juga memeragakan kembali pe-
ristiwa militer dan kadang-kadang
be-kerja sebagai penjaga pintu di
klab fetish. Ce-lananya ketat dan
hitam, diselipkan ke dalam sepatu
bot kulit hitam dengan hiasan
berwarna putih. Kemeja koboinya
juga hitam, yang ditutup dengan
jaket bergaya militer yang dihiasi
berbagai lencana dan armband
Mot�rhead hitam. Topinya (hitam),
dengan sepasang pedang bersilang
di depan, lebih ke gaya jenderal
Perang Sipil. Sebuah dasi bolo
melengkapi kostumnya. Dia masih
memakai kumis hitam berbentuk
tapal kuda– rambutnya, yang
mencapai bahu, juga diwarnai hitam
legam– dan dia tidak membiarkan
tekanan yang berasal dari kota
pemukimannya yang gila bedah
plastik untuk menghilangkan
sepasang benjolan besar di pipi
kirinya.
Lemmy menoleh ke sebuah lukisan
plakat di tembok yang tertulis“Lair
of the Hollywood Vampires”. Di
tahun ’70-an, bar lantai atas
Rainbow menjadi markas rahasia
bagi John Lennon, Harry Nilsson,
Keith Moon dan para biang pesta
legendaris lain di era itu. Nama-
nama mereka tertulis di plakat itu.
“Ada banyak sejarah di tempat ini,”
kata Lemmy dengan suara serak
dan logat English Midlands yang
menggumam. Nafasnya sedikit
terengah-engah akibat naik tangga,
tapi dia segera mengeluarkan
sebatang rokok dari sebungkus
Marlboro. Dia akan merokok terus
selama beberapa jam berikutnya.
Selama “akhir pekan hilang”-nya
Lennon di tahun 1973-75, ketika dia
dan Nilsson sedang berpesta di
kamar ini, Lemmy masih bermain
bersama Hawkwind, band acid rock
tersohor asal Inggris.“Dulu mereka
bilang bahwa LSD tak manjur kalau
ditenggak dua hari berturut-turut,”
katanya. “Ternyata kalau dosisnya
digandakan, itu manjur.” Dia
membentuk Mot�rhead di tahun
1975 se-telah dipecat dari Hawkwind
karena terlalu banyak
mengkonsumsi obat-obatan. (Atau,
lebih tepatnya, karena terlalu banyak
memakai obat yang salah–
amfetamin.) Kini, dialah satu-
satunya vampir Hollywood yang
tersisa, setidaknya dari eranya–
masih memainkan musik yang
sama, dengan gaya hidup yang
masih liar, bagaikan prajurit Jepang
yang terdampar di pulau terpencil
serta tak sadar bahwa perang telah
berakhir dan sudah waktunya untuk
pulang.
Mot�rhead dan metal masih ibarat
The Ramones (yang terbentuk
setahun sebe-lumnya) dan punk
rock– bentuk ekspresi yang paling
primitif di genre masing-masing.
Nama band itu adalah istilah biker
untuk“pecandu amfetamin”, dan
semua lagunya – yang bersifat mi-
nimalis dan dimainkan dengan
kecepatan tinggi– terdengar seolah-
olah unsur rahasia dalam
ramuannya diolah dalam
laboratorium meth. Lemmy, yang
juga bermain bas, memakai Salib
Baja di leher, memiliki bulu wajah
menakutkan dan menggunakan
tanda baca umlaut secara
berlebihan. Di atas panggung,
mikrofonnya diarahkan dari atas
kepala, se-hingga dia selalu
bernyanyi dengan meng-hadap ke
atas dan bukan ke penonton,
seolah-olah sedang membacakan
doa yang penuh amarah atau
berteriak di hadapan pengganggu
yang jauh lebih tinggi. Lagu-lagunya
memiliki judul yang terlalu absurd
untuk dinyanyikan manusia biasa
dengan serius (“Love Me Like a
Reptile”, “Killed by Death”), tapi
Lemmy bukanlah manusia biasa.
Suara vokalnya, yang terdengar
seperti pria yang belum sembuh
dari operasi tenggorokan darurat,
memberikan nuansa mentah yang
memperlengkap liriknya.
Seperti halnya The Ramones, band
ini segera menyadari bahwa tak ada
banyak tempat (atau kebutuhan)
untuk variasi apabila telah
menemukan cara menulis lagu yang
sempurna. Maka Mot�rhead telah
menghabiskan tiga dekade terakhir
dalam membuat berbagai variasi
dari sebuah tema yang sangat
sempit– dan sangat bising. (Dalam
sebuah konser di kota asal Lemmy,
Stoke-on-Trent, Inggris di tahun
1981, band itu tampil di atas
panggung yang sepenuhnya terbuat
dari speaker– 117.000 watt! Seorang
pria yang tinggal 6,5 km dari sana
menelepon ketika soundcheck dan
mengeluh bahwa dia tak bisa
menyimak televisinya.) Semua
elemen ini bersatu de-ngan
sempurna pada lagu khas band itu,
“Ace of Spades” dari tahun 1980
dengan tempo proto-speed-metal
dan metafora meja judi yang cukup
banyak untuk membuat Kenny
Rogers mempertanyakan
kejantanannya sendiri. Di saat
musiknya berhenti pada titik 1 menit
20 (dari durasi 2 menit 40) di lagu
ini, dan Lemmy berceloteh,“You
know I’m born to lose/And
gambling’s for fools/But that’s the
way I like it, baby/I don’t wanna live
forever,” itu adalah momen terhebat
dalam calon kuat lagu metal terhebat
sepanjang masa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar